Omset Terus Tumbuh Positif
Gayung bersambut. Sejumlah tokoh masyarakat dan pamong kompak mendukung gagasan ini.
Terbentur permodalan tak membuat mereka menyerah. Tim kreatif Jamur Sawah memanfaatkan uang kas masjid setempat sebagai modal utama untuk dipinjamkan kepada calon pedagang.
Setiap pedagang mendapat bantuan berupa perangkat berupa payung pelangi, topi caping, dan celemek, senilai Rp250ribu.
Hebatnya, Pasar Jamur Sawah ini diresmikan langsung pada 6 Maret lalu, oleh dr. Wahdi Siradjuddin, Wali Kota Metro yang baru saja dilantik.
Di usia yang terbilang sangat muda. Ekosistem Usaha Mikro ini sudah menunjukkan potensi cerah.
Dari data omset penjualan atau nilai transaksi yang dicatat setiap akhir pasaran menunjukkan grafik terus naik.
”Setiap hari Sabtu, omsetnya mencapai 15 juta rupiah. Sedangkan kalau hari Ahad bisa lebih tinggi lagi,” kata Ali Wardana, Koordinator Pasar Jamur Sawah yang saat itu didampingi Ketua RW 01 Surono.
Pelaku usaha Jamur Sawah masuk dalam golongan ultramikro yang tidak bankable. Mereka hanya memanfaatkan permodalan seadanya.
Seperti diakui Vika Rancasasi. Dia adalah pelaku usaha UMi mewakili generasi milenial.
Konsep dagangannya kekinian khas Angkringan Jogja. Dengan menu utama nasi kucing, dan nasi bakar. Menu lainnya adalah jenis kuliner sate satean, sebagai pendamping makan nasi.
Perempuan 22 tahun ini sangat tertarik dengan bergabung dalam ekosistem pasar kreatif.
Untuk permodalan dia mendapatkan bantuan dari orang tua. Hasilnyapun sangaat menggiurkan.
”Lumayan hasilnya. Apalagi kalau ada bantuan permodalan besar. Tentu jualanya bisa lebih besar dan banyaklah pembelinya,” tandasnya seraya menahan asap saat mengipasi sate satean pesanan pengunjung.