Scroll untuk membaca artikel
EkonomiUtama

Karena Babi, Mendag Jadi Bulan-bulanan Netizen

1
×

Karena Babi, Mendag Jadi Bulan-bulanan Netizen

Share this article

MENTERI Perdagangan Muhammad Luthfi belakangan begitu menyita perhatian publik. Ia jadi bulan-bulanan netizen lantaran kelangkaan sejumlah bahan pokok.

Dulu, dia menuai kontroversi lewat wacana impor beras satu juta ton yang membuat hubungannya dengan Kabulog Budi Waseso memanas. Kala itu, kontroversi ini membuatnya trendig topic dengan hashtag #MendagBebanJokowi.

Tak lama, dia kembali dikecam karena menjadi orang dibalik pidato Presiden Joko Widodo yang mengajak mencicipi kuliner Babi Panggang Ambawang  saat momentum perayaan Idul Fitri.

Kini. ia kembali membuat gempar publik karena statemennya soal  kedelai langka di Indonesia disebabkan karena babi Tiongkok butuh pakan.

Menurutnya, di negeri tirai bambu ini ada lima miliar babi baru yang semuanya itu pakannya adalah kedelai.

“Di Cina itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan Cina itu makan kedelai,” katanya.

Tak perlu waktu lama, seperti radartvnews.com lihat di platform burung biru Twitter, komentar ini membuatnya menjadi bulan-bulanan di jagat maya.

@dodi_bootlop masih di rejim yang sama. daging sapi mahal, rakyat di larang makan daging. cabe mahal, rakyat di suruh tanam sendiri. kedelai mahal, babi di salahin,???
https://t.co/7rGfv40C58

@sherpa701 Kenapa tidak dibilang saja, efek pandemi: Supply : turun Demand: tinggi Biaya angkut :  naik Tata kelola impor: (mungkin) jelek ?
Akibat : harga kedelai naik
Tidak perlu ditambah seolah-olah kita rebutan kedelai dengan babi. Rasanya gimana gitu…?

@SirianaGde Kita makan kedelai bukan untuk jd bangsa keledai. Tapi setiap tahun selalu trjadi kelangkaan kedelai. Tidak pernah belajar. Parahnya kali ini, kita kalah rebutan kedelai dengan babi di China.
https://t.co/lktA62NtG5

@JSuryoP1 Hmmm…..
Rupanya sekarang kambing hitam sudah diganti dengan babi hitam?!?

@Hilmi28 Emang babi mah begitu pak kelakuannya ?

@Aline_Y_Tan Rakyat Dibuat Susah Karna Bisnis Corona, Minyak Goreng Dibuat Murah Tpi Langka ?
PHK Dimana-Mana, Tapi JHT Tidak Bisa Di Cairkan Sebelum 56 Tahun, Gas 12 Kg Naik, BBM Pun Ikut Naik ?
Bulan Depan Pun Hrga Tahu Tempe Naik, Akibat Harga Kedelai Impor Melonjak ?
Sontoloyo Tenan ?

Pengimpor Abadi Kedelai
Nah, saat ini Tiongkok memborong dan merebut jatah kedelai yang biasa dibeli Indonesia dari Amerika.

Sejatinya, sudah tak relevan menyebut tahu dan tempe adalah makanan rakyat. Tahu tempe adalah makanan internasional.

Ya. Selama ini Indonesia 90% impor kedelai buat bahan baku tempe dan tahu. Terutama dari Amerika dan Tiongkok.

Karenanya, harga kedelai import amat tergantung ekonomi global.

Tiongkok butuh jutaan ton kedelai buat bahan baku ternak babi yang  jumlahnya hampir 5 miliar.

Tiongkok ingin bahan baku pakan yang bagus. Sebab tahun lalu ada wabah penyakit yang mematikan jutaan babi mereka.

Pakan ternak berbahan kedelai adalah demi peningkatan gizi babi di Tiongkok.

Babi adalah komoditas super strategis di Tiongkok. Layaknya beras dan daging sapi di tanah air. Kalau langka, rentan terjadi revolusi.

Untuk itu Tiongkok habis-habisan menjaga kesehatan miliaran babinya. Tentunya dengan banyak pertimbangan dan biaya.

Miliaran rakyat Tiongkok butuh makan tiap harinya. Dan babi adalah kunci. Alhasil tahu tempe pun bak makanan mewah.

Cermin Buruk Kinerja
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi dalam rilisnya ke media mengungkapkan  pernyataan Menteri Perdagangan  tidak mencerminkan baiknya kinerja pemerintah.

Menteri perdagangan hanya menyalahkan kondisi negara importir. “Kok jadi China dengan babinya yang dijadikan kambing hitam? Aneh, mestinya mawas diri dan evaluasi dong, kenapa kita masih menjadi importir abadi kedelai,” ujarnya.

Tulus menyebutkan, saat ini 90% kedelai yang digunakan sebagai bahan tempe goreng dan tempe mendoan bahan bakunya masih impor. “Ini musabab utamanya, jangan lempar tanggung jawab dong. Mana daulat kedelai, mana daulat pangan? Buktikan janjinya,” ketusnya.

Sebagai informasi, kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton. Sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.

Untuk mencukupi kebutuhan nasional akan kedelai, pemerintah kemudian melakukan impor dari beberapa negara.

Perajin Mogok Massal
Harga kedelai impor yang masih tinggi membuat ratusan pengrajin tahu-tempe di Pulau Jawa menggelar mogok produksi tiga hari ke depan, mulai Senin (21/2) hingga Rabu.

Aksi mogok produksi diawali di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Semua produsen sudah tutup. Kalau tidak ditutup akan di-‘sweeping‘ oleh perajin tahu tempe lainnya. (rie)