Scroll untuk membaca artikel
Lampung Wawai

Menyingkap dan Penanggulangan Terorisme di Indonesia

3
×

Menyingkap dan Penanggulangan Terorisme di Indonesia

Share this article
Dialog Eksklusif Radar Lampung TV

BANDARLAMPUNG– Paham radikalisme dan  terorisme masih menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Mudahnya akses informasi dan teknologi menyebabkan banyak orang yang terpapar paham radikalisme. Berawal dari pengetahuan radikalisme yang dapat melahirkan pemikiran baru dalam terorisme.

Dalam Dialog Eksklusif Radar Lampung TV bedah buku Menyingkap Terorisme dan Penangulanganya di Indonesia (10/3) dijelaskan, Indonesia sebagai negara dengan muslim terbesar di Dunia, menjadi cikal bakal lahirnya pemahaman Islam radikalisme di tengah masyarakat.

Islam radikalisme itu sendiri merujuk pada keinginan kelompok tertentu yang menyimpang dari ajaran Islam yang ada.

Kepala Kejaksaan Negeri Way Kanan Susilo sekaligus penulis buku menjelaskan, banyak masyarakat yang baru mengerti agama, masuk dalam golongan pemikiran dari radikalisme, kurangnya ilmu pengetahuan dan salah memilih guru pembimbing menjadi penyebab tumbuhnya pemikiran radikalisme.

“Radikalisme itu merupakan pemikiran yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, sedangkan terorisme adalah pelaksanaan dari pemikiran radikal itu, maka dengan itu ada undang undang tentang terorisme bukan radikalisme,” Katanya.

Dia juga menambahkan bahwa dalam Al- Quran pemahaman tentang Radikalisme itu adalah musyrik. Banyak orang yang memebicarakan perihal musyrik, musyrik sendiri merupakan orang yang menyekutukan Allah, pemikiran radikalisme merupakan kegiatan yang musyrik.

Susilo berharap masyarakat lebih bijak dalam mempelajari agama serta dapat memilih guru pembimbing yang paham akan agama Islam, tidak mudah terpengaruh dengan pemikiran yang dapat melahirkan pemahaman terorisme.

Sementara, ustadz Sumparman Abdul Karim selaku Kabid Agama, Sosial dan Budaya FKTP Lampung, sangat menyambut baik penerbitan buku.

“Ini sangat baik sekali isinya, ada hal penting yang didapat diantaranya pendekan kita dengan Al Quran. Banyak orang yang salah karena memahami teks yang salah. Al Quran bukan memahi teks namun konteks juga haru dipahami,” jelasnya.(cr2/san)