Scroll untuk membaca artikel
Lampung Tengah

Kecamatan Seputihraman Miliki Tugu Kerukunan dan Tugu Pangan

30
×

Kecamatan Seputihraman Miliki Tugu Kerukunan dan Tugu Pangan

Share this article
Kecamatan Seputihraman Miliki Tugu Kerukunan dan Tugu Pangan
Kecamatan Seputihraman Miliki Tugu Kerukunan dan Tugu Pangan

radartvnews.com – Setelah membetuk Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Keamanan dan Kesejahteraan, Kecamatan Seputih Raman, kali ini Forkopimcam Seputih Raman membangun sebuah tugu monumen yang merupakan simbul dari kerukunan masyarakat setempat.

Tugu monumen yang dibangun di depan Lapangan Merdeka Kecamatan Seputihraman ini diresmikan langsung oleh Bupati Lampung Tengah Mustafa dan disaksikan oleh Anggota DPD RI Syarif,  Anggota DPRD Provinsi I Komang Koheri, Asih Fatwanita dan Nyoman Suryana, serta Anggota DPRD Kabupaten Lampung Tengah  Muhlisin Ali dan Sukarman.

Selain itu peresmian juga dihadiri Forkopimcam Seputihraman, Tokoh Adat dan Toko Masyarakat.

Kepala UPTD Pendidikan Seputihraman yang juga merupakan penggagas terciptanya monumen kerukunan ini, Helmiyati Yunizar mengatakan bahwa pihaknya bersyukur dengan telah diresmikannya tugu kerukunan dan tugu pangan  di Seputihraman.

Pihaknya menjelaskan masyarakat di Seputihraman adalah heterogen, yakni terdiri dari berbagai macam Budaya dan Agama,  namun kerukunan terus terjalin antar masyarakat.

Hal ini tidak lepas  dari peran tokoh Masyarakat dan Agama yang dimotori oleh para pemangku kebijakan.

Helmiyati menambahkan dengan komitmen yang dibuat untuk terus menjaga kerukunan di wilayah ini maka dibuatlah tugu kerukunan, hal ini juga tentunya akan memotivasi masyarakat  untuk selalu menjaga kedamaian.

Dalam kesempatan ini juga dilakukan peresmian Pos Forkopincam di Kampung Rejobasuki, selain itu juga dilakukan Pembacaan Ikrar yang dipandu oleh salah satu tokoh masyarakat I Komang Koheri dan penandatangan sebagai bentuk peresmian.

I Komang Koheri mengatakan Tugu Kerukunan merupakan simbol kerukunan warga di Seputihraman yang diharapkan  akan terus terjalin, meski ada perbedaan Suku, Agama, Ras dan Kebudayaan.

Dirinya menjelaskan, monumen ini dibuat hasil dari gagasan para tokoh, dengan tujuan agar memotori masyarakat Seputihraman untuk tetap hidup rukun dan damai.

Anggota DPRD Provinsi Lampung ini menambahkan bahwa Indonesia mempunyai Pedoman Bhennika Tunggal Ika yang artinya Walapun Berbeda Tapi Tetap Satu Tujuan, saat ini makna bersatu sepertinya mulai luntur, kebanyakan masyarakat selalu mencari perbedaan bukan mencari persamaan, harapannya dengan adanya tugu ini  benar-benar tercipta persatuan dan kesatuan yang sesungguhnya.

Komang menegaskan pembangunan ini dilakukan oleh dana swadaya dari para tokoh di Seputihraman dan Forkopincam Seputihraman, kedepannya tempat ini bisa menjadi tempat wisata wahana bermain anak-anak serta menjadi pusat olah raga  di Kecamatan Seputihraman.

Sementara itu, salah satu tokoh Agama di Kecamatan Seputih Raman Suharto mengatakan pihaknya sangat berharap masyarakat Seputihraman dapat hidup damai dan tentram dan terhindar dari konflik yang dapat memecahbelahkan persatuan dan kesatuan masyarakat.

 Terpisah Bupati Mustafa menyampaikan bahwa tugu monumen ini merupakan langkah Masyarakat Seputihraman untuk terus menumbuhkan semangat kerukunan meski berbeda Suku, Agama, Adat dan Budaya, namun mereka tetap menjaga keutuhan masyarakat setempat.

Mustafa mengatakan monumen ini juga nantinya dapat menjadi ikon Seputihraman dan Lampung Tengah sebagai simbol kerukunan Masyarakat Lampung Tengah,  sehingga Kecamatan Seputihraman dapat menjadi kecamatan percontohan bagi kecamatan lainnya.

Mustafa berharap Masyarakat Lampung Tengah  dapat terus menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan, sehingga Lampung Tengah  menjadi kabupaten yang sejahtera.

Selain peresmian monumen kerukunan kegiatan ini diawali dengan senam jejamo sehat yang diikuti ribuan masyarakat Seputihraman, senam ini dilakukan guna menciptakan masyarakat Seputihraman yang sehat dan bugar, sehingga dapat terus membantu pemerintah untuk mensukseskan pembangunan bumi beguai jejamo wawai ini. (tik/jef)